Rasa mengantuk akibat kurangnya oksigen yang kerap menyerang para pengendara motor bisa hilang dengan menggunakan refreshing helm. Helm itu otomatis menambah suplai oksigen pada pemakainya saat kadar oksigen menurun.
Pada siang hari, saat menempuh perjalanan balik Lebaran dari Sidoarjo–Surabaya, Jawa Timur, Agus Arif Rahman, siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, beserta rekan sekolahnya, Edwin Aditya Herbanu, merasakan teriknya panas matahari yang menerpa ubun-ubun mereka.
Ketika itu, keduanya berboncengan mengendarai sepeda motor. Suasana semakin tidak nyaman ketika mereka terjebak di antara truk-truk besar yang mengeluarkan asap knalpot hitam pekat.
Kepada rekannya, Agus pun mengeluh susah bernapas. Ketidaknyamanan itu membuat Agus berandai-andai kalau saja mereka memiliki masker yang dapat menyaring udara kotor, tentunya saat itu mereka bisa bernapas lega.
Agus bahkan berkhayal helm yang dipakainya saat itu dilengkapi tabung oksigen berukuran kecil yang bisa memberikan tambahan udara segar bagi pengendara motor.
Tidak sekadar berkhayal, kedua siswa kelas tiga SMA itu bertekad untuk mewujudkannya. Mereka menindaklanjuti ide tersebut dengan berselancar di Internet.
Dari hasil pencarian di dunia maya, keduanya menemukan masker yang biasa digunakan penderita penyakit asma beserta tabung oksigen.
Namun, mereka tidak lantas membeli produk tersebut dengan cara online, melainkan mencarinya di toko-toko kesehatan di sekitar Sidoarjo.
Mereka pun akhirnya membeli masker seharga 25 ribu rupiah dan tabung oksigen berkapasitas 500 cc seharga 24 ribu rupiah.
Meski barang yang diinginkan telah diperoleh, Agus menghendaki masker itu dapat menyuplai oksigen secara otomatis.
Untuk itu, dalam pemikiran mereka, dibutuhkan sensor oksigen yang dapat bekerja otomatis untuk mendeteksi kualitas udara.
Dari hasil pencarian mereka ke toko-toko elektronik yang biasa menjual peranti pembuat robot, mereka berhasil mendapatkan sensor oksigen tipe KE25 yang harganya 800 ribu rupiah.
Agus menjelaskan sensor itu memiliki spesifikasi operasi normal dapat menghasilkan tegangan 11-15 milivolt.
Yang dimaksud dengan operasi normal ialah saat atmosfer bertekanan normal, bertemperatur 25 derajat celcius, dengan tingkat kelembapan 60 persen.
“Sensor itu memiliki kemampuan akan mengirimkan sinyal saat kondisi oksigen di bawah 20 persen,” ujar Agus , siswa kelahiran Sidoarjo, 15 Agustus 1992.
Edwin menambahkan, untuk dapat membaca sinyal dari sensor, dibutuhkan sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler dipilih yang berukuran mini karena alat itu akan ditanam dalam helm.
“Berdasarkan hasil penelusuran di beberapa tokoh elektronik, kami memilih mikrokontroler dengan tipe ATtiny13,” terang remaja kelahiran Sidoarjo, 12 Agustus 1992 itu.
ATtiny13 merupakan salah satu tipe mikrokontroler tiny yang memiliki delapan kaki dengan enam buah kaki input/output (I/O).
Mikrokontroler itu dilengkapi 4-channel 10-bit ADC (analog to digital converter) dengan tegangan referensi internal, sebuah Timer/Counter 8-bit, dan 2-channel port PWM (pulse width modulation).
Karena itu, mikrokontroler yang dilego di pasaran dengan harga 20 ribu rupiah itu sangat cocok digunakan dalam aplikasi kontroler motor servo mini.
Motor servo mini sebagai keran pembuka atau penutup oksigen yang ditanam dalam helm dipilih yang berjenis motor automatic perfume. Harga alat pengharum ruangan otomatis tersebut di pasaran 160 ribu rupiah, tetapi dalam helm itu yang digunakan hanya mekanik girnya.
Agus menjelaskan motor yang juga berfungsi sebagai alat pengharum ruangan itu memiliki beberapa gir yang digunakan untuk menyemprotkan parfum dengan cara menekannya.
Adapun sumber listrik untuk mengoperasikan perangkat elektronik tersebut ialah baterai bertegangan 6 volt.
Mekanisme Kerja
Agus dan Edwin kemudian menanamkan semua peranti yang sudah dikumpulkan, mulai dari masker hingga motor servo, di helm berlabel standar nasional Indonesia (SNI).
Tabung oksigen, mikrokontroler, dan baterai ditempatkan di belakang helm dengan penopang pelat berukuran sekitar 2 milimeter yang didesain sedemikian rupa.
Lalu, sensor oksigen ditempelkan di samping kiri helm. Saklar manual untuk membuka aliran oksigen dari tabung secara manual juga ditempatkan di samping kiri helm.
Edwin menjelaskan cara mengenakan helm yang diberi nama refreshing helm itu tidak berbeda dengan alat pelindung kepala lainnya. Hal yang membedakan, pengguna harus memakai tambahan masker.
Refreshing helm dapat memberikan suplai oksigen tambahan secara otomatis ketika kadar oksigen (O2) di sekitar pengendara motor rendah.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, sensor KE25 akan membaca kadar oksigen. Apabila kadar oksigen kurang dari batas normal, sensor akan menangkap data tersebut, dan data dikirim melalui pengondisi sinyal yang akan dihubungkan ke mikrokontroler ATtiny13.
Selanjutnya, sinyal dikonversikan oleh mikrokontroler AtTiny 13 untuk menggerakkan motor servo. Motor servo berfungsi membuka katup pada tabung oksigen. Dengan demikian, meskipun kondisi udara di jalan raya buruk akibat menipisnya kadar oksigen, gangguan pernapasan yang dialami pengendara motor dapat diminimalisasi.
Keberhasilan Agus dan Edwin dalam merancang refreshing helm mengantarkan mereka sebagai tiga inovator terpilih dari 145 peserta dalam ajang National Young Innovator Award (NYIA) 2009 lalu.
Ajang itu diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kedua siswa itu berhasil meyakinkan para juri bahwa refreshing helm memiliki manfaat ganda.
Selain untuk menyegarkan pengendara sepeda motor, refreshing helm bisa meminimalisasi jumlah kecelakaan sepeda motor yang disebabkan pengendara kelelahan atau mengantuk.
“Hal itu sebagaimana pernah diungkapkan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal bahwa 70 persen penyebab kecelakaan pada mudik Lebaran lalu karena pengemudi mengantuk dan kelelahan,” kata Agus. Umum diketahui salah satu penyebab timbulnya rasa mengantuk ialah kurangnya suplai oksigen.
Ke depan, Agus dan Edwin berharap ada investor yang tertarik memproduksi refreshing helm secara massal.
Lebih dari itu, helm hasil karya mereka itu dapat dikembangkan sebagai alat pelindung kepala pengemudi sepeda motor berstandar nasional Indonesia.
No comments:
Post a Comment